Sudah jatuh, tertimpa tangga. Sudah terserang "mata
merah", dijauhi teman pula. Begitulah kira-kira gambaran peruntungan
Yopie belakangan ini. Meski sudah memakai kacamata hitam ala tukang
pijat, tetap saja tak ada rekan kerjanya yang mau mendekat. "Mereka
takut memandang mata saya," ujarnya. Sia-sia saja Yopie menjelaskan
bahwa mata merah tak mungkin menular hanya lewat pandangan.
Dari dokter yang didatanginya, Yopie tahu, mata merah yang disebabkan
oleh virus memang sangat menular. Namun, proses penularannya bukan
lewat saling pandang. Berpindahnya virus terjadi lewat media yang
sebelumnya bersentuhan dengan mata. Misalnya kacamata, saputangan,
handuk, atau lensa kontak. Paling gampang, tentu lewat jari-jari tangan
yang sudah tercemar virus dari mata. Itu sebabnya, orang yang
sehari-hari kerap berurusan dengan "barang publik" (uang misalnya),
berisiko tinggi kena tular.
Mengapa virus mata merah gampang mewabah? Karena dari media penular
tadi, dia bisa bertebaran di pelbagai tempat, bahkan hinggap di tempat
keramaian, mulai terminal, sekolah, kampus, hingga pasar swalayan.
Dengan kata lain, yang harus diperhatikan dari penyakit yang kerap juga
disebut belekan ini adalah media penularannya yang sangat beragam. Jadi,
tak perlu takut melakukan kontak mata dengan penderita.
Mata merah sendiri sebenarnya istilah awam untuk konjungtivitis,
radang selaput tipis pada putih mata dan di dalam kelopak mata. Bila
terkena infeksi, pembuluh darah halus di konjungtiva akan membesar,
sehingga mata berubah merah. Ketika virus menyerang korban yang lemah
kondisi fisiknya, infeksi menjadi lebih berbahaya, karena bisa
ditunggangi kuman. Mata merah pun jadi bengkak, disertai nyeri pada bola
mata. Bersamaan dengan itu, produksi sampah mata alias belek terus
bertambah.
Selain iritasi dan infeksi, pembesaran pembuluh halus bisa pula
terjadi akibat masuknya benda asing seperti debu, kotoran, polusi udara,
asap rokok, pemakaian lensa kontak yang kurang tepat, zat kimia,
glaukoma (meningkatnya tekanan di dalam bola mata), alergi mata, hingga
peradangan pada tirai mata. Kalau mata merah akibat infeksi lazim
diiringi demam (tidak enak badan) dan bertambanya belek, mata merah
non-infeksi tak diiringi gejala-gejala tadi. Namun, mata akan terlihat
sama merahnya.
Kalau murni diakibatkan virus, mata merah cukup diatasi dengan
beristirahat di rumah. Biasanya, setelah tiga hari akan sembuh dengan
sendirinya, karena air mata secara alami sudah mengandung antiseptik.
Namun, kalau dalam tiga hari mata makin sakit, merah, serta pedih,
segera pergi ke dokter, agar keluhan yang dialami dapat terdeteksi
sedini mungkin.
Di samping berjaga-jaga terhadap penularan, perawatan mata yang benar
akan membuat kita terhindar dari serangan mata merah dan
belek-beleknya. Para pengendara sepeda motor, contohnya, termasuk
golongan yang harus rajin memakai alat pelindung mata. Terpaan angin,
debu, dan sinar mentari bisa mengganggu kesehatan mata. Kacamata
pelindung pun diperlukan para pekerja pabrik, peniup gelas, pengelas,
sampai pengecor besi.
Untuk membersihkan mata, cukup pakai air bersih atau boorwater (air
suci hama yang biasa dijual di apotek). Jangan terlalu percaya pada
mitos tentang air sirih yang sering disebut-sebut dan kadung dikenal di
kalangan masyarakat tertentu sebagai pembersih mata terbaik. Boorwater
pun tidak dianjurkan untuk pemakaian rutin. Bila hanya kelilipan, entah
kemasukan pasir, bulu mata, atau debu, tidak harus dicuci dengan boorwater.
Menggunakan air bersih saja sudah cukup.
Bagaimana dengan mata merah yang kerap dialami orang yang baru saja
selesai berenang? Oh, itu bukan lantaran kemasukan kuman, tapi karena
kaporit yang ada di kolam renang. Namun, jangan khawatir, kaporit atau
sabun mengandung antiseptik yang justru melindungi mata dari serangan
virus. Selesai berenang, warna merah itu akan kembali putih dengan
sendirinya.
0 komentar:
Posting Komentar