Amanda Kanowitz
berumur 4,5 tahun ketika terserang flu. Anaknya lincah dan sehat saat
itu. Gejala awalnya sama seperti gejala flu pada umumnya, batuk, demam,
dan muntah. Dokter memberi obat sirup dan menyuruhnya istirahat. Namun,
tiga hari kemudian orangtuanya mendapati Amanda meninggal di tempat
tidurnya.
Ya, flu ternyata bisa membunuh anak-anak yang sehat. Agar kasus Amanda tak terulang, orangtuanya lalu mengampanyekan pentingnya vaksin flu. "Inilah satu-satunya cara mencegah flu," kata Richard Kanowitz, yang mendirikan Families Fighting Flu. Dalam kasus Amanda, dokter tidak menyarankan ia divaksin pada umur segitu. Atas upaya Kanowitz, sekarang Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan vaksinasi flu pada bayi berumur minimal 6 bulan.
Meski begitu, masih saja ada keengganan untuk melakukan vaksinasi atas dasar beberapa pertimbangan. Mitos yang berkembang juga menyuburkan sikap anti-vaksin. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh sebuah perusahaan farmasi di AS terhadap kurang lebih 1.500 pelanggannya mengungkapkan bahwa 42% dari mereka berencana tidak melakukan vaksin flu. Beberapa mitos juga berkembang dari jajak pendapat itu antara lain:
Mitos 1: Flu hanyalah selesma biasa.
Ya, flu ternyata bisa membunuh anak-anak yang sehat. Agar kasus Amanda tak terulang, orangtuanya lalu mengampanyekan pentingnya vaksin flu. "Inilah satu-satunya cara mencegah flu," kata Richard Kanowitz, yang mendirikan Families Fighting Flu. Dalam kasus Amanda, dokter tidak menyarankan ia divaksin pada umur segitu. Atas upaya Kanowitz, sekarang Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan vaksinasi flu pada bayi berumur minimal 6 bulan.
Meski begitu, masih saja ada keengganan untuk melakukan vaksinasi atas dasar beberapa pertimbangan. Mitos yang berkembang juga menyuburkan sikap anti-vaksin. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh sebuah perusahaan farmasi di AS terhadap kurang lebih 1.500 pelanggannya mengungkapkan bahwa 42% dari mereka berencana tidak melakukan vaksin flu. Beberapa mitos juga berkembang dari jajak pendapat itu antara lain:
Mitos 1: Flu hanyalah selesma biasa.
Menurut data CDC, setiap tahun flu membunuh lebih
dari 49.000 orang dan membuat 200.000 orang dirawat di rumah sakit.
Tahun 2010, 114 anak-anak meninggal. Gejala flu cenderung muncul secara
tiba-tiba, tidak seperti selesma. Orang yang terserang flu burung
sering terbaring selama seminggu dengan disertai demam, sakit sekujur
badan, kelelahan, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan hidung meler.
Mitos 2: Vaksin flu bisa menyebabkan flu.
Mitos 2: Vaksin flu bisa menyebabkan flu.
Sekitar 35% konsumen berpikir bahwa vaksin flu
dapat menyebabkan
flu. CDC membantahnya sebab virus yang ada divaksin sudah
dilumpuhkan. Ada beberapa efek sampingan memang, seperti lengan yang
terasa sakit. Pada anak-anak efeknya lebih beragam, seperti hidung
meler, sakit kepala, dan napas terganggu.
Mitos 3: "Kombinasi" vaksin lebih
berisiko dibandingkan vaksin tunggal.
Tahun 2011, vaksin flu dikombinasikan untuk
melindungi baik flu biasa dan flu burung. Setiap tahun, pembuat vaksin
akan memasukkan strain yang hampir dipastikan menyebabkan penyakit.
Misalnya saja vaksin dengan dua strain A - H1N1 dan H3N2 - dan strain B.
Mitos 4: Hanya orang yang sakit yang
butuh vaksin flu.
Separo konsumen berpikir vaksin hanya untuk anak
atau orang yang terkena flu. Sebenarnya, satu-satunya cara untuk
mencegah flu adalah memberikan vaksinasi. Karena bayi baru bisa divaksin
setelah usia 6 bulan, mereka mengandalkan vaksinasi dari lingkungan
sekitarnya untuk menciptakan "kepompong" vaksinasi.
Mitos 5: Vaksin flu mengandung bahan
kimia beracun seperti merkuri.
Sekitar 14% konsumen berpendapat bahwa vaksin flu
berbahaya. Berkenaan dengan merkuri, memang dipakai di dalam vaksin
model lama dan sudah tidak dipakai lagi sejak tahun 2001. Sekarang tidak
ada lagi kandungan merkuri di dalam vaksin flu. Selain itu, tak ada
bukti bahwa merkuri dalam dosis kecil yang digunakan di vaksin
menimbulkan bahaya. Merkuri yang digunakan adalah jenis ethyl
dan bukan methyl yang bisa merusak otak. Tak ada data yang
menunjukkan bahwa kandungan merkuri dalam vaksin flu membuat anak
menderita autisme. (USA Today)
0 komentar:
Posting Komentar